Kamis, 03 Mei 2012

contoh skripsi

 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mengukur adalah membandingkan sesuatu yang diukur dengan besaran sejenis yang ditetapkan sebagai satuan. Sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka disebut sebagai besaran. Panjang, massa dan waktu termasuk besaran karena dapat diukur dan dinyatakan dengan angka-angka, akan tetapi warna benda, kejujuran, kebaikan dan kesenian tidak termasuk besaran karena
tidak dapat diukur dan dinyatakan dengan angka-angka. Suatu besaran pada umumnya memiliki satuan, tetapi ada beberapa besaran yang tidak memiliki satuan, misalnya indeks bias cahaya dan massa jenis relatif. Pengukuran memberikan landasan dasar utuk penelitian dan pengembangan. Pengembangan merupakan tahap akhir dari prosedur perancangan. Seluruh perancangan mekanis dari setiap hal yang rumit terdiri dari tiga elemen, diantaranya elemen empiris, rasional dan eksperimental. Elemen empiris didasarkan pada pengalaman dan akal sehat kerekayasaan (engineering), sedangkan elemen rasional tunduk pada prinsip rekayasa, hukum-hukum fisika dan lain sebagainya. Sementara elemen eksperimental didasarkan pada pengukuran bermacam-macam besaran yang berhubungan dengan proses yang dikembangkan (B.B Maragani, 1987:4).
Hasil pengukuran harus dapat dipercaya (reliable). Dalam pengukuran dibutuhkan piranti ukur (instrument) sebagai sarana untuk menentukan besar (harga) suatu besaran. Contoh piranti ukur adalah Voltmeter. Voltmeter merupakan piranti guna mengukur besar selisih potensial listrik. Nilai besaran yang ditunjukkan oleh Voltmeter ditampilkan menggunakan jarum tunjuk (Voltmeter Analog) atau angka (Voltmeter Digital). Voltmeter mempunyai kepekaan atau sensitivitas. Kepekaan alat ukur merupakan perbandingan antara besar tanggapan alat itu dengan besarnya kuantitas yang diukur. Kepekaan Voltmeter dapat dinyatakan dalam KW/Volt. Sebelum mengoperasikan piranti terlebih dahulu dipahami prinsip-prinsip kerja piranti dan mampu memperkirakan apakah pesawat tersebut sesuai untuk pemakaian yang telah direncanakan. Voltmeter memiliki ketelitian yang berbeda-beda, untuk mengetahui ketelitian Voltmeter harus digunakan Voltmeter yang telah diketahui besarnya resistansi masukan Voltmeter tersebut, agar dapat dibandingkan dengan hambatan pada rangkaian yang diukur tegangannya. Besarnya resistansi masukan (Ri) Voltmeter bergantung pada batas ukur. Tegangan listrik arus searah (Direct Current = DC) dapat diukur menggunakan Voltmeter DC. Voltmeter terdapat juga pada multimeter yang difungsikan sebagai Voltmeter DC. Multimeter disebut juga VOM (Volt Ohm dan MiliAmperemeter). Bila sebuah multimeter yang difungsikan sebagai Voltmeter DC dihubungkan antara dua kaki resistor yang bertegangan listrik, maka multimeter bertindak sebagai shunt bagi resistor tersebut, sehingga memperkecil ekivalennya. Berarti Voltmeter akan menghasilkan penunjukan tegangan yang lebih rendah dari tegangan yang sebenarnya sebelum dihubungkan. Efek ini disebut efek pembebanan instrumen. Voltmeter ideal memiliki harga hambatan dalam (Ri) tak berhingga, sehingga hal tersebut diatas seharusnya tidak terjadi, tetapi pada kenyataannya pada pengukuran tahanan besar efek pembebanan instrument sering terjadi.
Penguat Operasional mempunyai impedansi masukan sangat besar dan impedansi keluaran sangat kecil. Rangkaian penyangga dapat dibuat menggunakan komponen elektronika yaitu sebuah penguat operasional (Op-Amp).
Maksud dan tujuan penelitian eksperimen ini adalah untuk mempelajari fenomena sebab akibat pada pengukuran tegangan listrik DC pada resistor dengan memberi rangkaian penyangga pada resistor yang diukur. Pada penelitian eksperimen subyek dibagi dua, yaitu satu kelompok tidak diberi perlakuan (kelompok kontrol) dan yang satu diberi perlakuan (kelompok eksperimen). Efek perlakuan pada kelompok eksperimen diobservasikan dan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Pemberian perlakuan dalam penelitian ini adalah proses pengukuran tegangan listrik DC pada resistor tetap dengan diberi rangkaian penyangga. Dari perbedaan proses pengukuran tegangan DC tersebut akan diteliti apakah ada perbedaan pengukuran tegangan listrik DC pada resistor yang menggunakan rangkaian penyangga dan yang tidak menggunakan rangkaian penyangga.

B. Perumusan Masalah
Dari uraian di atas, guna memberikan arah bagi penelitian ini maka ditarik rumusan masalah yang akan dikaji adalah sebagai berikut:
1.      Adakah perbedaan hasil pengukuran rugi tegangan listrik DC pada resistor yang menggunakan dan yang tidak menggunakan rangkaian penyangga?
2.      Hasil pengukuran mana yang lebih mendekati nilai sebenarnya?

C. Pembatasan Masalah
Banyak hal yang berkaitan dengan resistor, Voltmeter, rangkaian penyangga dan tegangan listrik, maka pada penelitian ini diperlukan batasanbatasan. Resistor yang digunakan dalam penelitian ini adalah resistor yang memiliki nilai hambatan 200 K Ohm sampai dengan 960 K Ohm. Nilai resistor menggunakan kode warna, kemampuan dayanya 0,25 Watt dengan toleransi 1%.
Hal ini dikarenakan secara teori semakin besar nilai tahanan yang digunakan maka akan semakin tampak kesalahan pada pengukuran akibat dari efek pembebanan instrumen. Resistor tersebut akan diberi tegangan dari baterai sebesar 9 Volt. Rangkaian penyangga menggunakan IC Op-Amp mA 741CN. Alat ukur yang digunakan adalah Multimeter Sanwa SP-15D

D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk:
1.      Mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil pengukuran rugi tegangan listrik DC pada resistor tetap yang menggunakan dan yang tidak menggunakan rangkaian penyangga.
2.      Mengetahui hasil pengukuran yang lebih mendekati nilai sebenarnya.

E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan informasi, khususnya tentang pengukuran tegangan pada resistor tetap yang menggunakan dan yang tidak menggunakan rangkaian penyangga. Selain itu diharapkan juga hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi untuk menyempurnakan kerja alat ukur, khususnya Multimeter Analog yang difungsikan sebagai Voltmeter DC.

F. Penegasan Istilah
Guna memberikan kejelasan arti dan menghindari penafsiran yang salah pada istilah yang digunakan dalam judul penelitian ini, maka diberikan batasanbatasan istilah sebagai berikut:
1. Perbedaan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:104) menyebutkan bahwa perbedaan berasal dari kata beda yang berarti sesuatu yang menjadikan tidak sama. Perbedaan dapat diartikan hal-hal yang membuat berbeda. Perbedaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perbedaan hasil pengukuran tegangan listrik DC yang menggunakan resistor tetap yang menggunakan rangkaian penyangga dan yang tidak menggunakan rangkaian penyangga.
2. Hasil Pengukuran
Hasil adalah pendapatan, perolehan, buah. (Poerwadarminto, 1982: 348) Pengukuran adalah perbuatan mengukur (Poerwadarminto, 2002: 1120). Jadi hasil pengukuran merupakan nilai besaran yang diperoleh dari perbuatan mengukur.

3. Rugi Tegangan
Tegangan adalah guna menyatakan adanya selisih tegangan listrik antara dua titik yang menimbulkan arus mengalir antara kedua titik apabila diantara titik-titik itu ada sirkit tertutup. Tegangan dinyatakan dalam volt (Arief Budiman, 2003: 291).Jika pada piranti ukur dijajarkan perlawanan-jajaran (shunt), maka rugi tegangan adalah tegangan yang ada diantara perlawanan-jajaran (Wasito, 1997: 890) Dalam pengukuran, rugi tegangan merupakan tegangan yang hilang akibat adanya efek shunt dari alat ukur yang digunakan,

4. Resistor
Resistor merupakan komponen pasif yang dibuat untuk menghambat atau menahan arus listrik yang mengalir pada suatu rangkaian listrik, dengan tujuan untuk mengatur arus yang mengalir, yang dinyatakan dengan satuan praktis Ohm (Arief Budiman, 2003: 207).

5. DC
DC adalah arus satu arah yang perubahan harganya sangat kecil hingga boleh diabaikan (Wasito, 1985: 256).

6. Penyangga (buffer)
Penyangga juga dinamakan pengikut tegangan, pengikut sumber, penguat gain satu atau penguat isolasi, yang berarti tegangan keluarannya mengikuti tegangan masukan baik besarnya maupun tandanya (Caughlin & Driscroll, 1992:42).

Dari penjelasan istilah-istilah di atas maka yang dimaksud pada judul penelitian ini adalah membandingkan hasil pengukuran tegangan listrik searah (DC) dengan alat ukur Volt DC pada resistor tetap yang menggunakan rangkaian penyangga dan yang tidak menggunakan rangkaian penyangga.

G. Sistematika Skripsi
Sistematika skripsi terdiri dari tiga bagian yaitu, bagian awal, bagian isi dan bagian akhir.

LANDASAN TEORI
A. Resistor
Resistor merupakan komponen pasif yang dibuat untuk mendapatkan hambatan tertentu. Komponen elektronika pasif adalah komponen elektronika yang dalam unjuk kerjanya tanpa memerlukan catu daya. Suatu resistor dapat berfungsi memberikan hambatan tanpa catu daya.
Resistor dibagi dua jenis, yaitu resistor yang dibuat dengan harga tetap (fixed value) dan resistor yang mempunyai nilai hambatan yang dapat diubahubah atau resistor variabel. Contoh resistor yang nilai hambatannya tetap yaitu resistor yang memiliki kode warna. Contoh resistor variabel adalah trimport yaitu resistor yang nilai hambatannya akan berubah apabila pengatur diputar, selain itu ada juga potensiometer yaitu resistor yang nilai hambatannya akan berubah apabila pengatur diputar/digeser. Jenis resistor tersebut dibuat sesuai dengan fungsinya dalam sirkit elektronika. Sirkit elektronika adalah sirkit yang terdiri dari komponen-komponen elektronika yang bertegangan listrik. Dalam sirkit elektronika, resistor digunakan untuk mengatur tegangan pada suatu titik simpul rangkaian, dan untuk memenuhi keperluan tersebut resistor mempunyai nilai hambatan tertentu. Nilai hambatan resistor dinyatakan dalam satuan Ohm.
Nilai hambatan resistor dapat dibaca dari angka yang dituliskan pada badan resistor atau dengan kode warna yang dicatkan pada badan resistor. Kode warna resistor adalah cara untuk menyatakan harga (nilai) hambatan resistor, dengan menggunakan cincin-cincin atau bintik-bintik warna. Resistor yang akan dibahas pada bagian ini adalah resistor yang memiliki nilai tahanan besar yaitu 200 KW sampai dengan 960 KW dengan toleransi 1 % dan daya 0,25 Watt.
Suatu besaran yang disebut toleransi menyatakan berapa persen (%) sebaran nilai hambatan sebenarnya dari nilai hambatannya yang tertulis (Sutrisno, 1986:60). Nilai resistor 100 W ±1% artinya nilai resistor tersebut mencakup nilai hambatan antara 99 W sampai dengan 101 W.
Suatu resistor dibuat dengan ukuran badan yang mencerminkan kemampuan bertahan terhadap daya listrik yang diterimanya, jika dialiri arus listrik suatu resistor dengan hambatan R yang dialiri arus akan menerima daya listrik sebesar: P = I2 R (Sutrisno, 1986: 61). Daya listrik pada resistor yang melebihi kemampuan daya resistor akan menyebabkan kerusakan permanen.
Beberapa contoh kemampuan daya resistor tetap adalah 0,25 Watt; 0,5 Watt; 1 Watt dan 2 Watt. Kerusakan tersebut berupa perubahan nilai hambatan atau resistor menjadi hangus.

 1. Alat Ukur Amperemeter DC
Alat ukur kumparan putar terbentuk dari sebuah kumparan (coil) kawat halus yang digantung didalam medan magnet yang dihasilkan oleh magnet permanen. Menurut hukum dasar gaya elektromagnetik, kumparan tersebut akan berputar didalam medan magnet bila dialiri oleh arus listrik. Gantungan kumparan yang terbuat dari serabut halus berfungsi sebagai pembawa arus dari dan ke kumparan dan keelastisan serabut tersebut membangkitkan suatu torsi yang melawan perputaran kumparan. Kumparan akan terus berdefleksi sampai gaya elektromagnetiknya mengimbangi torsi mekanis perlawanan dari gantungan.
Dengan demikian penyimpangan kumparan merupakan ukuran bagi arus yang melewat kumparan tersebut.
2. Defleksi Skala Penuh
Alat ukur kumparan putar pada dasarnya adalah alat pengukur arus atau pengukur Ampere. Arus yang dapat dialirkan langsung melalui kumparan putar biasanya memiliki nilai dibawah 30mA, karena alat ukur kumparan putar memiliki kawat-kawat penghantar dari kumparan yang tidak terlalu lebal. Arus skala penuh merupakan harga arus maksimum yang dapat diukur oleh alat ukur Ampere. Dengan kata lain skala maksimum merupakan harga arus yang dapat memberikan simpangan penuh pada penunjukan jarum alat ukur kumparan putar. 
C. Penguat Operasional (Op-Amp)
Penguat Operasional (Op-Amp) adalah sebuah unit elektronika yang digunakan untuk membuat sirkit linear dan non linear dengan cara menambah beberapa komponen elektronika lain diluar (kapasitor, resistor dan dioda) (Adel S.S dan Menneth C.S, 1989:89).
Sirkit Op-Amp linear yaitu sirkit yang memelihara sinyal masukan. Misalnya jika sinyal masukan bentuk sinusoida, maka sinyal keluarannya sinusoida. Sirkit non linear adalah sirkit yang bentuk sinyal keluarannya berbeda dengan masukannya, misalkan jika sinyal masukannya sinusoida, keluarannya berbentuk gelombang kotak. Bentuk Op-Amp merupakan sirkit terpadu atau IC (Integrated Circuit). Sirkit terpadu adalah sirkit lengkap yang dibangun dari segi kemasan tunggal, terdiri dari unsur-unsur pasif dan unsur-unsur aktif seperti resistor, transistor, dioda, kondensator dirangkum pada substrak semikonduktor tunggal.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan suatu cara yang digunakan dalam melaksanakan dan menyusun penelitian. Melaksanakan dan menyusun metode penelitian memerlukan lengkah-langkah yang benar sesuai dengan tujuan penelitian, agar hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
A. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 108), populasi penelitian adalah keseluruhan subyek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh resistor tetap yang ada di pasaran.

2. Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 109), sampel penelitian adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling dari penelitian ini adalah sampel bertujuan atau purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang didasarkan atas tujuan tertentu. Sampel dalam penelitian ini adalah resistor tetap yang memiliki nilai hambatan 200 KW
sampai dengan 960 KW yang ada di pasaran. Cara pengambilan sampel dilakukan secara acak pada sekelompok resistor dengan harga hambatan sama yang ada di pasaran.
B. Desain Eksperimen
Desain penelitian adalah rencana atau rancangan yang dibuat peneliti sebagai perencanaan kegiatan yang dilakukan selama penelitian (Suharsimi Arikunto, 1992: 42).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data Hasil Penelitian
Pengukuran yang dilakukan pada kedua kelompok dibuat berbeda. Pada kelompok eksperimen dilakukan pengukuran dengan menggunakan rangkaian penyangga. Sedangkan pengukuran pada kelompok kontrol tidak diberikan rangkaian penyangga. Pengukuran dilakukan dengan pengulangan sebanyak lima kali, agar hasil pengukuran dapat dipercaya.
2. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas Data
Hasil uji kenormalan data pengukuran tegangan resistor yang menggunakan rangkaian penyangga sebagai kelompok eksperimen diperoleh harga c2 hitung = 1,4485. Sedangkan untuk a = 5% dengan dk = 2 diperoleh c 2 tabel = 7,81. Karena c2 hitung < c2 tabel, maka data kelompok eksperimen tersebut berdistribusi normal. Hasil uji kenormalan data pengukuran tegangan resistor yang tidak menggunakan rangkaian penyangga sebagai kelompok control diperoleh harga c 2 hitung = 1,2887. Sedangkan untuk a = 5% dengan dk = 2 diperoleh c 2 tabel = 5,99. Karena c2 hitung < c2 tabel, maka data kelompok control tersebut berdistribusi normal. Perhitungan dapat dilihat pada lampiran.

b. Uji homogenitas Data
Hasil uji homogenitas data dengan uji kesamaan dua varians data tegangan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh Fhitung = 7,885. Untuk a = 5% dengan dk pembilang 19 dan dk penyebut 19 diperoleh Ftabel = 2,53. Karena Fhitung > Ftabel, berarti ada perbedaan varians yang signifikan antara kelompok ekpserimen dengan kelompok kontrol. Perhitungan dapat dilihat pada lampiran.
3. Uji Hipotesis
Rata-rata hasil pengukuran tegangan resistor yang menggunakan rangkaian penyangga sebagai kelompok eksperimen yaitu 5,92 dan hasil pengukuran tegangan resistor yang tidak menggunakan rangkaian penyangga sebagai kelompok kontrol yaitu 3,53. Setelah dilakukan analisis data dengan menggunakan uji t diperoleh thitung = 12,469. Berdasarkan kriteria pengujian t-test N = 20 dan dB = 19 diperoleh nilai ttabel = 2,09, karena thitung = 12,469 > ttabel = 2,09. Hal ini berarti bahwa ada perbedaan yang signifikan pada pengukuran tegangan resistor yang menggunakan rangkaian penyangga sebagai kelompok = eksperimen dengan kelompok kontrol yang tidak menggunakan rangkaian penyangga. Perhitungan dapat dilihat pada lampiran.

B. Pembahasan

1. Hasil Pengujian Kalibrasi (Voltmeter)
Voltmeter yang baik adalah Voltmeter yang memiliki kekeliruan yang sangat kecil, sedangkan untuk mendapatkan Voltmeter yang baik, terlebih dahulu dilakukan pengujian atau kalibrasi. Hasil kalibrasi digunakan untuk mengetahui keadaan dan presentase kekeliruan pembacaan Voltmeter. Jadi pada resistor dengan nilai hambatan 200 KW tegangan yang seharusnya terukur setelah diberikan rangkaian penyangga adalah sebesar 4,305 Volt. Dari hasil penelitian diatas dapat dibandingkan dengan perhitungan secara teori. Hasil penelitian dipengaruhi oleh penyebab yang sama, yaitu diukur dengan menggunakan rangkaian penyangga dan tidak menggunakan rangkaian penyangga dan jenis resistor dipilih dari jenis yang sama serta alat ukur yang sama, maka pada bagian ini akan dibahas tegangan yang ada pada resistor 200 KW, 370 KW dan 960 KW. Tegangan pada resistor 200 KW dari hasil perhitungan secara teori yaitu, ditunjukkan Multimeter sebesar 3,00 Volt dan tegangan sebenarnya sebesar 4,5 Volt.
Pada pengukuran resistor 200 KW yang diukur tanpa rangkaian penyangga, tegangan yang ditunjukkan Multimeter sebesar 2,99 Volt dan tegangan yang diukur menggunakan rangkaian penyangga sebesar 4,51 Volt. Dari hasil tersebut diketahui bahwa:

a. Selisih tegangan resistor yang diukur tanpa penyangga dan tegangan sebenarnya yang ditunjukkan Multimeter yaitu: 2,99 Volt – 3,00 Volt = 0,01 Volt. Hal ini menunjukkan ada penurunan tegangan sebesar 0,01 Volt.

b. Selisih tegangan resistor yang diukur menggunakan rangkaian penyangga dan tegangan sebenarnya sebesar: 4,51 Volt – 4,50 Volt = 0,01 Volt. Hal ini menunjukkan ada kenaikan tegangan sebesar 0,01 Volt.

c. Persentase kekeliruan penunjukan Multimeter tanpa penyangga dengan tegangan sebenarnya secara teori sebesar 33,33 %.

d. Persentase kekeliruan penunjukan Multimeter menggunakan penyangga dengan tegangan sebenarnya sebesar 0,22 %. Harga ini menunjukkan berkurangnya kekeliruan penunjukan Multimeter.

e. Persentase kekeliruan penunjukan Multimeter tanpa penyangga dengan tegangan sebenarnya sebesar 33,55 %. Jadi kekeliruan pembacaan Multimeter pada resistor 200 KW yang diukur tanpa rangkaian penyangga dari hasil perhitungan dan eksperimen sebesar 33,55%. Tegangan pada resistor 370 KW dari hasil perhitungan secara teori yaitu, ditunjukkan Multimeter sebesar 3,54 Volt dan tegangan sebenarnya sebesar 5,84 Volt.
Pada pengukuran resistor 370 KW yang diukur tanpa rangkaian penyangga, tegangan yang ditunjukkan Multimeter sebesar 3,53 Volt dan tegangan yang diukur menggunakan rangkaian penyangga sebesar 5,86 Volt. Dari hasil tersebut diketahui bahwa:

a.       Selisih tegangan resistor yang diukur tanpa penyangga dan tegangan sebenarnya yang ditunjukkan Multimeter yaitu: 3,53 Volt – 3,54 Volt = 0,01 Volt. Hal ini menunjukkan ada penurunan tegangan sebesar 0,01 Volt.
b.      Selisih tegangan resistor yang diukur menggunakan rangkaian penyangga dan tegangan sebenarnya sebesar: 5,86 Volt – 5,84 Volt = 0,02 Volt. Hal ini menunjukkan ada kenaikan tegangan sebesar 0,02 Volt.
c.       Persentase kekeliruan penunjukan Multimeter tanpa penyangga dengan tegangan sebenarnya secara teori sebesar 39,38 %.
d.      Persentase kekeliruan penunjukan Multimeter menggunakan penyangga dengan tegangan sebenarnya sebesar 0,34 %. Harga ini menunjukkan berkurangnya kekeliruan penunjukan Multimeter.
e.       Persentase kekeliruan penunjukan Multimeter tanpa penyangga dengan tegangan sebenarnya sebesar 39,55 %. Jadi kekeliruan pembacaan Multimeter pada resistor 370 KW yang diukur tanpa rangkaian penyangga dari hasil perhitungan dan eksperimen sebesar 39,55%.
Tegangan pada resistor 960 KW dari hasil perhitungan secara teori yaitu,= ditunjukkan Multimeter sebesar 4,08 Volt dan tegangan sebenarnya sebesar 7,45 Volt.
Pada pengukuran resistor 960 KW yang diukur tanpa rangkaian penyangga, tegangan yang ditunjukkan Multimeter sebesar 4,04 Volt dan tegangan yang diukur menggunakan rangkaian penyangga sebesar 7,48 Volt. Dari hasil tersebut diketahui bahwa:

a.       Selisih tegangan resistor yang diukur tanpa penyangga dan tegangan sebenarnya yang ditunjukkan Multimeter yaitu: 4,04 Volt – 4,08 Volt = 0,04 Volt. Hal ini menunjukkan ada penurunan tegangan sebesar 0,04 Volt.
b.      Selisih tegangan resistor yang diukur menggunakan rangkaian penyangga dan tegangan sebenarnya sebesar: 7,48 Volt – 7,45 Volt = 0,03 Volt. Hal ini menunjukkan ada kenaikan tegangan sebesar 0,03 Volt.
c.       Persentase kekeliruan penunjukan Multimeter tanpa penyangga dengan tegangan sebenarnya secara teori sebesar 45,23 %.
d.      Persentase kekeliruan penunjukan Multimeter menggunakan penyangga dengan tegangan sebenarnya sebesar 0,40 %. Harga ini menunjukkan berkurangnya kekeliruan penunjukan Multimeter.
e.       Persentase kekeliruan penunjukan Multimeter tanpa penyangga dengan tegangan sebenarnya sebesar 45,77 %.
Jadi kekeliruan pembacaan Multimeter pada resistor 960 KW yang diukur tanpa rangkaian penyangga dari hasil perhitungan dan eksperimen sebesar 45,77%.

Dari landasan teori dan analisis data serta perhitungan matematis diketahui bahwa ada perbedaan hasil pengukuran tegangan tegangan listrik DC pada resistor yang menggunakan rangkaian penyangga dan yang tidak menggunakan rangkaian penyangga.

Penurunan tegangan dari nilai sebenarnya pada pengukuran tanpa rangkaian penyangga disebabkan oleh nilai hambatan yang digunakan tidak tepat, yaitu berada diatas nilai yang ditetapkan, sehingga menyebabkan berkurangnya [1]arus yang melewati resistor-resistor tersebut. Ketepatan nilai hambatan resistor tersebut tergantung pada nilai toleransi resistor yang digunakan. Kenaikan tegangan pada pengukuran menggunakan penyangga disebabkan oleh impedansi penguat operasional, yang berakibat tegangan keluaran ¹ 0, karena tegangan masukan = 0.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diketahui bahwa pada pengukuran tegangan DC dengan menggunakan multimeter Sanwa SP-15D pada resistor tetap, semakin kecil nilai hambatannya maka persentase kekliruannya akan semakin kecil dan sebaliknya semakin besar nilai hambatannya maka persentase kekeliruannya akan semakin besar pula.

SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulans ebagai berikut:
1.      Hasil uji t data kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memperoleh thitung>ttabel yaitu 12,456 > 2,09 pada taraf signifikansi 5%, yang berarti ada perbedaan yang signifikan antara pengukuran tegangan DC pada resistor tetap yang menggunakan rangkaian penyangga dan yang tidak menggunakan rangkaian penyangga.
2.      Pengukuran tegangan DC pada resistor tetap yang menggunakan rangkaian penyangga lebih mendekati nilai sebenarnya dari pada yang tidak menggunakan rangkaian penyangga.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka diberikan saran sebagai berikut:
Rangkaian penyangga dapat digunakan pada pengukuran tegangan listrik DC pada resistor tetap dengan menggunakan alat ukur berkualitas dengan spesifikasi sensitifitas yang rendah.